Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso - Ketika Drama Kasus Pembunuhan Jadi Tontonan Sensasi

kasus kriminal di Indonesia yang unik, misterius, dan tak kalah menarik dibandingkan dengan yang ada di luar negeri.

Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso - Ketika Drama Kasus Pembunuhan Jadi Tontonan Sensasi
Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso/ Foto: Dok. Netflix

Jakarta' Cydem.co.id - Serial dokumenter terbaru "Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso" telah menduduki peringkat teratas dalam daftar tontonan favorit saya di tahun 2023. Saya langsung tertarik dengan film ini karena menggabungkan dua elemen yang saya gemari, yaitu dokumenter dan thriller, sambil tetap menambahkan bumbu-bumbu favorit masyarakat Indonesia, seperti drama, sensasi, dan misteri.

Meskipun ada unsur-unsur yang terasa sedikit "sinetron" dalam dokumenter ini, saya merasa bahwa skenario yang disusun oleh Rob Sixsmith dan timnya sangat terstruktur dan hati-hati. Keputusan untuk tidak mengangkatnya seperti dokumenter serius lainnya, melainkan lebih dekat dengan selera masyarakat Indonesia, adalah langkah yang cerdas.

Banyak masyarakat Indonesia memiliki sifat ingin tahu dan senang berbicara daripada membaca, dan dokumenter ini berhasil memancing sifat tersebut dengan cerdas. Terlepas dari drama ala telenovela, kisah gangster, dan misteri, durasi film ini tidak terasa panjang.

Namun, perlu dicatat bahwa dokumenter ini tidak mendalami secara mendalam kasus pembunuhan Wayan Mirna atau hubungan antara Mirna dan Jessica. Dokumenter ini lebih berfokus pada drama alih-alih menyajikan fakta murni.

Salah satu hal yang membedakan dokumenter ini adalah pendekatan dramatisnya yang menonjol. Skenario yang kuat dan penyampaian narasi yang berfokus pada penonton Indonesia membuat dokumenter ini berhasil menciptakan ketegangan dan ketertarikan penonton.

 Aspek sinematografi dalam "Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso" juga patut diacungi jempol. Tim sinematografi yang terdiri dari 11 orang berhasil menghadirkan gambaran visual yang kuat, memperkuat dramatisasi dalam dokumenter ini.

Sisipan-sisipan trivia dan materi tambahan yang mungkin sedikit di luar topik utama membuat perjalanan menonton menjadi tidak membosankan dan memperkaya pengetahuan kita tentang kasus tersebut.

Meskipun dokumenter ini mungkin memicu pro dan kontra serta perdebatan di kalangan masyarakat, saya melihatnya sebagai kesempatan untuk memperhatikan lebih dekat sistem peradilan di Indonesia. Film ini bisa menjadi pemantik agar kita lebih kritis terhadap penegak hukum.

Akhirnya, bagi saya pribadi, "Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso" memenuhi keinginan lama untuk melihat tontonan yang mengambil inspirasi dari kasus kriminal di Indonesia yang unik, misterius, dan tak kalah menarik dibandingkan dengan yang ada di luar negeri.