Kurs Dolar Menguat Terhadap Yen Menjelang Data Inflasi AS

Kurs Dolar Menguat Terhadap Yen Menjelang Data Inflasi AS
Ilustrasi

CYDEM.CO.ID, JAKARTA -  Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) mengalami kenaikan ke level tertinggi dalam sebulan terakhir, yaitu di atas 144 yen. Peningkatan ini terjadi pada sesi Asia pada Kamis (10/8) sore, dipicu oleh perbedaan kebijakan moneter dan diantisipasi akan dirilisnya data inflasi AS yang penting dalam waktu dekat, yang akan mempengaruhi jalur suku bunga. Di sisi lain, nilai tukar yuan juga mengalami pergerakan lebih jauh dari posisi terendah dalam sebulan setelah Bank Sentral China (PBoC) kembali menetapkan tingkat panduan kurs tengah yang lebih kuat dari perkiraan, sebagai pertanda ketidakpuasan terhadap pelemahan terakhir. Tindakan ini membantu memperkuat dolar Australia dan Selandia Baru dari level terendah hampir dua bulan. Dolar AS mencapai level tertinggi sebesar 144,08 yen, pertama kalinya sejak tanggal 7 Juli, karena pasar berpendapat bahwa Bank Sentral Jepang (BoJ) akan melanjutkan stimulusnya dengan perlahan, bahkan ketika sebagian besar pedagang percaya bahwa Federal Reserve (Fed) telah selesai dengan kenaikan suku bunga.

Kenaikan harga minyak mentah ke level tertinggi sejak Januari juga memberikan tekanan pada mata uang Jepang, karena negara tersebut merupakan salah satu importir minyak terbesar. "Fakta bahwa harga energi telah naik selama hampir tujuh minggu, tentu saja memengaruhi nilai yen," ujar Tony Sycamore, seorang analis pasar di IG. Jika dolar AS berhasil tembus di atas 145 yen, ini bisa membuka peluang untuk mencapai level 148 yen "jika dolar AS kemudian melemah setelah data indeks harga konsumen (IHK) dirilis," tambahnya.

Meskipun Bank of Japan (BoJ) baru-baru ini mengurangi kontrolnya terhadap imbal hasil jangka panjang, para pembuat kebijakan menegaskan bahwa ini adalah perubahan teknis yang bertujuan untuk memperpanjang dukungan stimulus, terutama terkait suku bunga negatif jangka pendek. Kristina Clifton, seorang ahli strategi dari Commonwealth Bank of Australia, menulis bahwa "Data pendapatan tunai tenaga kerja Jepang yang lemah awal pekan ini telah meningkatkan keyakinan kami bahwa BoJ akan mempertahankan suku bunga pada tingkat negatif 0,1 persen untuk sisa tahun ini. Perbandingan kebijakan moneter antara AS dan Jepang menunjukkan bahwa pasangan mata uang dolar/yen kemungkinan akan tetap berada pada tren positif."

Pada saat yang sama, pergerakan dolar terhadap mata uang pesaingnya terbatas menjelang data IHK, dengan indeks dolar AS yang mengukur kekuatan dolar terhadap yen dan lima mata uang lainnya, termasuk euro dan pound sterling, cenderung stagnan di angka 102,50 pada sesi sore Asia, berada dekat tengah kisaran perdagangan minggu ini, yaitu antara 101,98 hingga 102,80. Dalam perbandingan dengan hari Jumat pekan lalu (4/8/2023), indeks dolar telah mengalami kenaikan sebesar 0,5 persen, menandakan kenaikan untuk minggu keempat secara beruntun.

Dolar AS mendapatkan keuntungan dari permintaan sebagai tempat perlindungan (safe-haven) setelah serangkaian data ekonomi Tiongkok yang buruk, sementara juga muncul pandangan bahwa ekonomi AS mengalami "soft landing" karena tekanan inflasi mulai mereda. Para ekonom di Wall Street memproyeksikan bahwa indeks harga konsumen inti (IHK) akan mengalami kenaikan sebesar 4,8 persen dalam skala tahun-ke-tahun pada bulan Juli, angka yang sama dengan bulan sebelumnya. Saat ini, pasar keuangan memperkirakan kemungkinan sebesar 86,5 persen bagi The Fed untuk tidak melanjutkan kenaikan suku bunga pada pertemuan bulan September, dan lebih cenderung melakukan pemangkasan selanjutnya, kemungkinan pada awal tahun depan.

Ekonomi Tiongkok Masuk ke dalam Deflasi Data yang dirilis pada Rabu (9/8/2023) menunjukkan bahwa ekonomi Tiongkok telah masuk ke dalam kondisi deflasi pada bulan lalu, setelah laporan sebelumnya menunjukkan penurunan yang lebih besar dari yang diperkirakan baik untuk impor maupun ekspor. Meskipun demikian, yuan mengalami sedikit penguatan menjadi 7,2246 per dolar dalam perdagangan internasional, menguat untuk hari kedua berturut-turut setelah Bank Sentral China menetapkan kurs tengah resmi yang lebih kuat dari ekspektasi pasar pada hari Kamis. Nilai tukar yuan di luar negeri sempat merosot ke level terendah sejak tanggal 7 Juli, yaitu 7,2514 pada hari Selasa (8/8/2023). Mata uang dolar Australia, yang cenderung mengikuti pergerakan yuan dengan cermat minggu ini, mengalami kenaikan sebesar 0,15 persen menjadi 0,65385 dolar AS, mengalami rebound dari level terendah pada hari Selasa (8/8/2023), yaitu 0,6497 dolar AS, yang merupakan posisi terlemah sejak tanggal 1 Juni. Sedangkan dolar Selandia Baru mengalami kenaikan sebesar 0,1 persen menjadi 0,6058 dolar AS, menjauh dari level terendah pada hari Selasa (8/8/2023), yaitu 0,6035 dolar AS, yang merupakan posisi terlemah sejak tanggal 8 Juni. (Ant/Z-4)