Bahlil Mengungkap Rahasia di Balik Gugatan Uni Eropa Menahan RI di WTO

Bahlil Mengungkap Rahasia di Balik Gugatan Uni Eropa Menahan RI di WTO
Foto: Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia saat hadir Kuliah Umum di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. (Tangkapan Layar Youtube Kementerian Investasi - BKPM)

CYDEM.CO.ID, Jakarta, - Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia telah mengungkap alasan dan motif di balik langkah Uni Eropa (UE) untuk mengajukan gugatan terhadap Indonesia di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Pada dasarnya, gugatan UE terhadap Indonesia berasal dari pelarangan ekspor bijih nikel ke luar negeri yang diberlakukan pada akhir tahun 2019 lalu.

Namun, apa yang menjadi konspirasi di balik ini? Bahlil menjelaskan bahwa bijih nikel memiliki peran strategis dalam mendukung transisi dunia menuju energi bersih. Di masa depan, dunia akan beralih dari energi konvensional ke energi bersih, termasuk penggunaan kendaraan listrik sebagai gantinya. Inilah yang menjadi alasan di balik langkah Uni Eropa.

Pentingnya bahan baku untuk kendaraan listrik, khususnya baterai, menjadi fokus. Baterai kendaraan listrik sangat membutuhkan nikel sebagai salah satu bahan utama. Indonesia memiliki sekitar 25% dari cadangan nikel dunia.

"Ketika dunia beralih ke kendaraan listrik, termasuk Indonesia, 40% komponen kendaraan listrik adalah baterai. Dan bahan utama dalam baterai itu termasuk nikel, mangan, kobalt, dan lithium. Indonesia memiliki 25% dari cadangan nikel dunia," jelas Bahlil dalam Kuliah Umum di UIN Syarif Hidayatullah pada Selasa (29/8/2023).

Meskipun Indonesia saat ini menghadapi kemenangan Uni Eropa dalam gugatan di WTO, Bahlil mengungkapkan bahwa Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) tetap mendorong untuk terus melawan gugatan tersebut. Bahlil menekankan bahwa Indonesia adalah negara yang merdeka dan berdaulat, serta memiliki sejarah perjuangan yang berbeda dengan negara lain.

Bahlil mencatat bahwa larangan ekspor bijih nikel dan pengembangan industri hilirisasi nikel dalam negeri telah memberikan keuntungan hingga 10 kali lipat. Data menunjukkan bahwa ekspor bijih nikel hanya mencapai US$ 3,3 miliar pada tahun 2017, sementara ekspor nikel berhilirisasi telah mencapai lebih dari US$ 30 miliar pada tahun 2022.