Perdana Menteri Palestina Mundur di Tengah Eskalasi Konflik Israel-Gaza

Konflik Palestina-Israel telah mengakibatkan ribuan korban jiwa, terutama di Gaza

Perdana Menteri Palestina Mundur di Tengah Eskalasi Konflik Israel-Gaza
Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh dilaporkan mengundurkan diri dari jabatannya pada Senin (26/2).

Cydem.co.id' Jakarta - Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh, membuat gebrakan mengejutkan dengan mengundurkan diri dari jabatannya pada hari Senin (26/2), memicu kekhawatiran baru di tengah eskalasi konflik yang semakin memburuk antara Israel dan Gaza. Pengunduran dirinya, yang dilaporkan oleh Reuters setelah menyerahkan suratnya kepada Presiden Mahmoud Abbas dalam rapat kabinet di Ramallah, meninggalkan banyak tanda tanya tentang masa depan politik Palestina.

Meskipun belum ada kejelasan tentang alasan di balik langkah drastis Shtayyeh, pengunduran dirinya terjadi di tengah serangan brutal yang terus berlanjut terhadap Palestina, terutama wilayah Gaza, sejak 7 Oktober tahun lalu. Konflik ini, yang menjadi bagian dari konflik yang berlarut-larut antara Israel dan Hamas yang mengendalikan Jalur Gaza, semakin menguatkan kekhawatiran akan korban sipil yang terus bertambah.

Menurut laporan terbaru, lebih dari 29.600 warga Gaza telah tewas sejak dimulainya agresi Israel pada Oktober lalu. Lebih menyedihkan lagi, sebagian besar korban tewas adalah anak-anak dan perempuan, menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga dan komunitas di seluruh Palestina.

Di tengah ketegangan ini, Israel tidak menunjukkan tanda-tanda akan menghentikan operasi militer mereka. Bahkan, mereka berencana melancarkan invasi darat baru, dengan fokus pada wilayah Rafah di selatan Gaza. Rencana evakuasi paksa warga dari Rafah dan wilayah lain di Gaza sebagai bagian dari alasan keamanan semakin menambah ketegangan di kawasan tersebut.

Dalam konteks ini, langkah politik yang diambil oleh Palestina dan reaksi internasional terhadap konflik tersebut akan menjadi penentu penting dalam menentukan arah masa depan kawasan ini. Dengan kekosongan kepemimpinan di pemerintahan Palestina, pertanyaan tentang stabilitas politik dan kemungkinan resolusi damai semakin menjadi perhatian utama.

Seiring dengan itu, komunitas internasional diharapkan untuk meningkatkan tekanan mereka terhadap Israel untuk menghentikan tindakan agresif mereka dan mendukung upaya-upaya diplomatik yang bertujuan untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan dan adil bagi rakyat Palestina dan Israel.