Kontroversi Muncul Saat Ayah Mirna Mengungkap Rasa Tertipunya oleh Netflix dan Menyarankan Publik Untuk Menghindari Film Dokumenter tersebut.
Ayah Mirna: tidak akurat dan tidak sesuai dengan kenyataan atau fakta yang ada.
Cydem.co.id' Jakarta - Pada tanggal 28 September 2023, Netflix merilis film dokumenter yang memicu kontroversi baru seputar kasus kematian Wayan Mirna Salihin yang tragis. Film berjudul "Ice Cold: Murder, Ice Coffee and Jessica Wongso" ini menggambarkan peristiwa kematian Mirna akibat keracunan sianida yang terjadi dalam cangkir kopi Vietnam. Namun, salah satu pihak yang paling terpengaruh oleh film ini adalah ayah Mirna, Edi Darmawan Salihin.
Dalam film "Ice Cold," Edi Darmawan Salihin muncul sebagai sosok yang terlihat sangat arogan ketika menjawab berbagai pertanyaan seputar kematian Mirna. Bagi banyak penonton, ini menciptakan kesan bahwa ayah Mirna tidak bersedia berbicara mengenai kasus tersebut. Namun, setelah penayangan film, Edi memberikan klarifikasi penting yang segera menarik perhatian publik.
Edi mengungkapkan bahwa dirinya merasa ditipu oleh Netflix dan sutradara film dokumenter, Rob Sixsmith. Ia mengaku bahwa apa yang ditampilkan dalam film tidak sesuai dengan kenyataan yang dia alami. Wawancara-wawancara yang digunakan dalam film tersebut diambil dari konteksnya dan diedit sedemikian rupa sehingga menciptakan kesan yang berbeda. Hal ini menciptakan kebingungan dan keraguan terhadap kebenaran narasi yang disajikan dalam film tersebut.
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Karni Ilyas di tvOne, Edi Darmawan Salihin menyampaikan permintaan maafnya dan menjelaskan bahwa tujuannya adalah memberikan penjelasan yang jelas kepada masyarakat Indonesia. Ia ingin agar netizen dan warga Indonesia tidak terkecoh oleh apa yang mereka saksikan di Netflix.
Ayah Mirna juga menyerukan agar masyarakat tidak lagi menonton film dokumenter tersebut. Baginya, isi film tersebut tidak akurat dan tidak sesuai dengan kenyataan atau fakta yang ada. Ia mengingatkan publik untuk tidak terjebak oleh konten yang tidak benar dan menyebut film tersebut sebagai "sampah."
Kontroversi ini telah memunculkan pertanyaan yang lebih mendalam tentang peran media dalam menyajikan kisah-kisah tragedi kepada publik. Sejauh mana media bertanggung jawab atas narasi yang mereka sajikan dan bagaimana pengeditan dapat memengaruhi persepsi kita terhadap kejadian-kejadian penting adalah pertanyaan yang perlu kita pertimbangkan. Sebagai masyarakat, kita harus tetap kritis terhadap informasi yang disajikan oleh media dan mendukung keadilan serta kebenaran dalam kasus-kasus sensitif seperti kematian Wayan Mirna Salihin.