Dekatnya Kiamat, Manusia di Bumi Diberi Batas Waktu 10 Tahun
CYDEM.CO.ID, Jakarta, - Proyeksi menuju tahun 2030 mengindikasikan bahwa Bumi berpotensi mengalami peningkatan suhu melebihi ambang batas 1,5 derajat Celsius. Badan Antar-pemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) menegaskan bahwa dekade mendatang akan menjadi periode krusial dalam sejarah manusia.
PBB mengeluarkan seruan kepada seluruh populasi dunia untuk mengurangi emisi global dengan tindakan drastis. Ketua IPCC, Lee Hoesung, menjelaskan bahwa solusi untuk menghindari "kiamat" ini telah ditemukan. Namun, tantangan yang dihadapi berasal dari faktor-faktor politis yang mempengaruhi keputusan.
"Kami memiliki pemahaman teknis, alat teknologi, dan sumber daya finansial - semuanya diperlukan untuk mengatasi masalah perubahan iklim yang telah lama dikenal. Satu-satunya hambatan nyata adalah kekurangan tekad politik yang kuat," ungkap Lee Hoesung, merujuk kepada laporan AFP pada Rabu (30/8/2023).
Jika suhu global melewati batas 1,5 derajat, konsekuensi serius akan dirasakan oleh semua makhluk di Bumi, termasuk manusia. Dampak meliputi laju peningkatan kepunahan spesies, ancaman gagal panen, dan mencapai "tipping point" di mana perubahan iklim menjadi tak terkendali, seperti kematian terumbu karang dan pencairan es di kutub.
Sejumlah negara maju telah merencanakan pencapaian karbon netral pada tahun 2050. Namun, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mendorong percepatan target menjadi 10 tahun lebih awal, yakni 2040, sebagai langkah untuk mengatasi krisis iklim.
IPCC memperkirakan bahwa ketika pemanasan global mencapai 1,8 derajat Celsius, setengah populasi dunia berisiko hidup dalam kondisi cuaca ekstrem yang panas dan lembab pada tahun 2100.
Sejumlah wilayah juga diperkirakan akan menghadapi dampak paling besar akibat suhu ekstrem dan kelembaban. Ini mencakup wilayah Asia Tenggara, sebagian wilayah Brasil, dan Afrika Barat.
Hingga saat ini, Bumi telah mengalami kenaikan suhu sekitar 1,2 derajat Celsius dibandingkan dengan masa pra-industri. Dampaknya sudah dirasakan, termasuk dalam bentuk cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi.
"Ilmuwan dari Imperial College London, Friederike Otto, menjelaskan bahwa tahun yang saat ini dianggap sebagai tahun paling panas akan menjadi yang paling dingin dalam satu generasi," demikian kata ilmuwan tersebut.