Rupiah Menguat di Awal Pekan, Sentimen Positif dari Bank Sentral AS dan Neraca Perdagangan Indonesia

Ariston Tjendra, pengamat pasar keuangan, menyoroti harapan akan pemulihan rupiah dengan dukungan dari faktor internal dan eksternal

Rupiah Menguat di Awal Pekan, Sentimen Positif dari Bank Sentral AS dan Neraca Perdagangan Indonesia
Nilai tukar rupiah dibuka berada di posisi Rp15.420 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Senin (20/11) pagi.

Cydem.co.id' Jakarta - Nilai tukar rupiah memperlihatkan penguatan di awal pekan ini dengan dibukanya perdagangan di posisi Rp15.420 per dolar AS, menguat sebesar 72,5 poin atau 0,47 persen dari penutupan sebelumnya. Penguatan ini didorong oleh sentimen positif dari bank sentral AS, yang diperkirakan akan melonggarkan kebijakan moneternya.

Mayoritas mata uang di kawasan Asia juga bergerak di zona hijau. Yen Jepang, ringgit Malaysia, yuan China, dan dolar Hong Kong semuanya menguat. Meskipun euro Eropa mengalami pelemahan, mata uang negara maju seperti poundsterling Inggris, dolar Australia, dolar Kanada, dan franc Swiss menunjukkan kekuatan. Seiring dengan itu, rupiah mendapat dukungan dari faktor-faktor domestik, termasuk neraca perdagangan Indonesia yang masih positif pada bulan Oktober.

Ariston Tjendra, seorang pengamat pasar keuangan, memproyeksikan bahwa penguatan rupiah hari ini dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneternya bank sentral AS yang cenderung lebih longgar. "Dengan angka inflasi yang lebih rendah dari sebelumnya, ini memperbesar ekspektasi peluang pemangkasan suku bunga acuan AS lebih cepat," ujarnya.

Sementara itu, dari dalam negeri, neraca perdagangan yang masih positif memberikan sentimen positif terhadap nilai tukar rupiah. Berdasarkan sentimen ini, Ariston memproyeksikan rupiah bergerak dalam kisaran Rp15.400 hingga Rp15.500 per dolar AS pada hari ini. Penguatan ini memberikan harapan bagi pelaku pasar dan investor terkait stabilitas mata uang Indonesia di tengah ketidakpastian global.