Matahari Buatan Terbesar di Dunia, JT-60SA, Resmi Nyala: Biaya Konstruksi Capai Rp9,5 Triliun

Proyek ini merupakan kerja sama antara Eropa dan Jepang untuk memahami dan mengembangkan teknologi fusi nuklir eksperimental

Matahari Buatan Terbesar di Dunia, JT-60SA, Resmi Nyala: Biaya Konstruksi Capai Rp9,5 Triliun
Matahari buatan yang berupa reaktor fusi nuklir eksperimental JT-60SA, resmi menyala di Jepang.

Cydem.co.id' Jakarta - Matahari buatan terbesar di dunia, JT-60SA, akhirnya resmi beroperasi di Jepang setelah menyelesaikan proyek konstruksinya pada tahun 2020. Proyek ambisius ini, yang melibatkan lebih dari 500 peneliti dari Eropa dan Jepang, telah menelan biaya sekitar 560 juta Euro atau sekitar Rp9,5 triliun. JT-60SA, berbentuk tempat "tokamak" berupa donat yang berisi plasma dipanaskan hingga 200 juta derajat Celcius, bertujuan untuk menyelidiki potensi fusi nuklir sebagai sumber energi bersih, aman, dan berskala besar.

Proyek ini dimulai pada tahun 2007 dan berhasil diselesaikan pada tahun 2020, dengan serangkaian perbaikan teknis untuk mempersiapkan operasi plasma pertamanya, yang akhirnya dimulai pada awal Desember 2023. JT-60SA adalah hasil kerja sama internasional antara Eropa dan Jepang yang dikenal sebagai Broader Approach.

Dalam proyek ini, para pakar membuat reaktor fusi nuklir di sebuah hanggar di kawasan Naka, utara Tokyo. Reaktor setinggi enam lantai ini dirancang dengan menggunakan kurungan magnetik untuk mempelajari operasi plasma. Plasma tersebut dipanaskan hingga mencapai suhu luar biasa sebesar 200 juta derajat Celcius.

Lebih dari 70 pemasok kontributor turut berpartisipasi dalam pembuatan komponen JT-60SA, menurut Fusion for Energy, lembaga yang mengelola kontribusi Uni Eropa dalam proyek ini. Sebagai informasi tambahan, sekitar 80% kontribusi Eropa disediakan oleh kontributor sukarela, sedangkan 20% sisanya dibiayai oleh Fusion for Energy melalui anggaran langsung dari Uni Eropa.

Selain sebagai proyek berskala besar, JT-60SA juga menjadi tonggak sejarah dalam penelitian fusi nuklir dengan tujuan akhirnya membuktikan bahwa fusi dapat menjadi sumber energi bersih yang aman. Proses fusi ini mencoba meniru reaksi yang terjadi di dalam Matahari, di mana inti hidrogen menyatu menjadi helium, melepaskan energi dalam bentuk cahaya dan panas.

Meskipun banyak proyek fusi nuklir yang menghadapi tantangan, termasuk ITER di Prancis yang terlambat dari jadwal, JT-60SA diharapkan memberikan wawasan berharga tentang potensi energi bersih di masa depan. Kesuksesan proyek ini diharapkan dapat membantu memajukan teknologi fusi nuklir menuju sumber energi yang lebih berkelanjutan.