Maruarar Sirait Putuskan Keluar dari PDIP
Keputusan keluar Ara didasari diskusi dengan keluarga dan keyakinan untuk mengikuti langkah Presiden Jokowi
Cydem.co.id' Jakarta - Politikus yang telah lama menjadi kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Maruarar Sirait, mengumumkan keputusannya untuk mengakhiri perjalanannya dalam partai tersebut. Pada hari Senin, 15 Januari, Ara, panggilan akrabnya, melakukan kunjungan ke kantor DPP PDIP di Jakarta Pusat untuk menyampaikan keputusannya setelah bertahun-tahun berkiprah sebagai kader partai berlambang banteng.
"Saya ucapkan terima kasih kepada Bu Mega, sudah izinkan saya berbakti kepada PDIP. Dan saya berdiskusi dengan keluarga terdekat. Saya memutuskan untuk pamit dari PDIP hari ini," kata Ara.
Dalam pernyataannya, Ara tidak merinci partai mana yang akan diikutinya ke depan, tetapi ia menyatakan niatnya untuk mengikuti jejak Presiden Joko Widodo. Ia mengapresiasi kepemimpinan Jokowi, menyebut bahwa presiden ini dipercaya oleh rakyat Indonesia dengan tingkat kepercayaan publik mencapai 75-80 persen. Ara berharap PDIP tetap menjadi partai besar dan terus memperjuangkan nilai-nilai Pancasila.
Maruarar Sirait, yang lahir pada 23 Desember 1969 di Medan, sebelumnya aktif di organisasi kemahasiswaan GMKI di Bandung, Jawa Barat. Ia menjadi kader PDIP sejak tahun 1999 dan membangun karir politiknya dengan terpilih menjadi anggota DPR RI pada periode 2004-2009, 2009-2014, dan 2014-2019. Ara bahkan sempat menjadi kandidat menteri dalam kabinet Presiden Joko Widodo yang pertama.
Ara merupakan putra dari almarhum Sabam Sirait, seorang petinggi PDIP yang telah lama menjadi kader partai tersebut. Sabam Sirait, yang juga mendorong Megawati Soekarnoputri untuk melanjutkan kepemimpinan PDIP, meninggal dunia pada 29 September 2021 lalu.
Dengan keluarnya Maruarar Sirait dari PDIP, langkah politiknya selanjutnya menjadi sorotan, sementara PDIP berharap mendapatkan kader yang lebih baik, loyal, profesional, dan berkualitas. Peristiwa ini menandai akhir dari babak panjang Ara di PDIP, sementara publik menanti langkah-langkah politiknya yang akan datang.