Pemimpin Tertinggi Iran Ajukan Tuntutan untuk Boikot Israel di Tengah Konflik Gaza

Panggilan boikot ekonomi oleh Khamenei menambah dimensi baru pada ketegangan di Timur Tengah, menyoroti posisi Iran yang mendukung Palestina dan mengutuk agresi Israel

Pemimpin Tertinggi Iran Ajukan Tuntutan untuk Boikot Israel di Tengah Konflik Gaza
Iran desak negara-negara Muslim boikot Israel.

Cydem.co.id' Jakarta - Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, telah mengeluarkan tuntutan yang kontroversial kepada negara-negara Muslim di seluruh dunia selama masa konflik berkepanjangan antara Palestina dan Israel. Khamenei menyatakan bahwa negara-negara Muslim seharusnya menghentikan ekspor minyak dan makanan ke Israel sebagai bentuk protes terhadap agresi Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza.

Khamenei, yang memiliki pengaruh besar dalam politik dan kebijakan luar negeri Iran, mengatakan bahwa "pengeboman di Gaza harus segera dihentikan," sambil mendesak negara-negara Muslim untuk menghentikan ekspor minyak dan makanan ke "rezim Zionis" (istilah yang sering digunakan Iran untuk merujuk kepada Israel).

Sejumlah ulama Iran sebelumnya telah memperingatkan Israel tentang eskalasi konflik jika mereka tidak segera mengakhiri agresi terhadap warga Palestina. Khamenei juga menyiratkan bahwa proksi yang didukung oleh Iran di wilayah Timur Tengah akan segera mengambil tindakan.

"Dunia Islam tidak boleh lupa bahwa dalam isu krusial di Gaza, pihak yang menentang bangsa Palestina yang tertindas adalah Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris," tegas Khamenei, menunjuk tiga negara Barat yang sering kali mendukung Israel dalam berbagai kontroversi dan konflik di Timur Tengah.

Selain memberikan dukungan retorika, Iran telah mengakui bahwa mereka memberikan dukungan moral dan finansial kepada kelompok yang menguasai Jalur Gaza.

"Satu tindakan tidak terhormat dari Barat adalah menuduh pejuang Palestina sebagai teroris," kata Khamenei, merujuk pada upaya sejumlah negara Barat yang mencoba mengklasifikasikan beberapa kelompok pejuang Palestina sebagai teroris.

Sementara itu, situasi di Gaza semakin memburuk, dengan serangan militer Israel yang berkepanjangan menyebabkan lebih dari 8.000 orang tewas dan ribuan lainnya luka-luka. Pada Selasa (31/11), militer Israel meluncurkan serangan ke Kamp Jabalia, salah satu kamp pengungsi terbesar di Gaza, yang menewaskan sedikitnya 50 orang.

Konflik dan blokade Israel juga telah menyebabkan dua rumah sakit utama di Gaza, yaitu Rumah Sakit Al Shifa dan Rumah Sakit Indonesia, hampir kolaps karena stok bahan bakar yang semakin menipis untuk menjalankan generator listrik.