Gorontalo Pimpin Daftar Inflasi Tertinggi Indonesia di Bulan Oktober 2023

Palembang, Sumenep, dan Palangkaraya juga mengalami inflasi, sementara Kota Luwuk di Sulawesi mengalami deflasi 0,58 persen

Gorontalo Pimpin Daftar Inflasi Tertinggi Indonesia di Bulan Oktober 2023
Ilustrasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Gorontalo sebagai kota dengan inflasi tertinggi pada Oktober 2023, yakni 1 persen secara bulanan.

Cydem.co.id' Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia baru saja merilis data inflasi bulan Oktober 2023, dan hasilnya menunjukkan bahwa Gorontalo menempati peringkat tertinggi dalam daftar inflasi. Dalam laporan yang dirilis oleh BPS, Gorontalo mengalami kenaikan harga sebesar 1 persen secara bulanan (mtm).

Menurut Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, beberapa faktor utama yang menyumbang pada inflasi di Gorontalo termasuk kenaikan harga cabai rawit dengan andil sebesar 0,53 persen, beras sebesar 0,20 persen, rokok kretek filter sebesar 0,06 persen, tomat sebesar 0,05 persen, dan upah asisten rumah tangga sebesar 0,04 persen.

Di sisi lain, kota dengan deflasi terdalam adalah Tual, sebuah kota di Maluku, dengan deflasi sebesar 1,08 persen. Penurunan harga ini merupakan angka yang signifikan dan menarik perhatian karena sangat bertolak belakang dengan situasi di Gorontalo.

Hasil dari laporan BPS juga memperlihatkan bahwa sejumlah kota di Indonesia mengalami fluktuasi harga yang signifikan. Misalnya, Palembang di Sumatra mengalami inflasi sebesar 0,53 persen, sementara Sumenep di Jawa mengalami inflasi 0,63 persen. Di Kalimantan, Palangkaraya mengalami inflasi 0,63 persen, sementara di Bali dan Nusa Tenggara, Kupang mengalami inflasi sebesar 0,47 persen. Di wilayah Maluku dan Papua, Sorong mencatatkan inflasi sebesar 0,74 persen. Namun, di Sulawesi, Kota Luwuk mengalami deflasi sebesar 0,58 persen.

Total 69 dari 90 kota indeks harga konsumen (IHK) mengalami inflasi bulanan. Data menunjukkan bahwa komoditas transportasi menjadi penyumbang inflasi bulanan terbesar, diikuti oleh kenaikan harga beras, bensin, cabai rawit, dan tarif angkutan udara.

Laporan ini menyoroti fluktuasi harga yang signifikan di berbagai kota di Indonesia, menggambarkan keragaman kondisi ekonomi dan perubahan harga barang dan jasa di seluruh negeri.