Misteri Kepemilikan Jalur Gaza: Kontroversi, Konflik, dan Pengaruh Israel-Palestina Terus Bergulir
Gaza, kota terbesar di Palestina, dihuni mayoritas pengungsi dan keturunannya yang melarikan diri selama perang pembentukan Israel pada 1948
Cydem.co.id' Jakarta - Jalur Gaza, kota terbesar di Palestina, menjadi sorotan internasional ketika Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menggambarkannya sebagai "mimpi buruk kemanusiaan" dalam Konferensi Kemanusiaan Internasional di Paris. Meskipun terletak di antara Israel dan semenanjung Sinai Mesir, Jalur Gaza, dengan populasi lebih dari 700.000 penduduk, telah menjadi saksi hidup perseteruan berkepanjangan.*
Situasi sulit ini dipicu oleh konflik bersejarah antara Israel dan Palestina, dengan mayoritas warga Gaza berasal dari pengungsi dan keturunannya yang melarikan diri selama perang pembentukan Israel pada 1948. Meski pernah diduduki oleh Israel pada 1967 dan mengalami penarikan mundur pemukiman Yahudi pada 2005, Jalur Gaza terus menjadi sumber ketegangan yang tak terelakkan.
Pada 2006, Hamas memenangkan pemilu legislatif, memecah pemerintahan Palestina dengan Gaza dikuasai oleh Hamas, sementara Tepi Barat dikuasai oleh Otoritas Palestina yang didominasi oleh Fatah. Meskipun Hamas memegang kendali di Gaza, Israel tetap mengekang kebutuhan pokok seperti air dan listrik.
Masyarakat Gaza menolak mengakui diri mereka berasal dari wilayah ini, menandakan ketidaksetujuan mereka terhadap klaim Israel. Meskipun terpisah dari Tepi Barat, Jalur Gaza tetap menjadi fokus ketegangan dan konflik, menciptakan lingkungan yang sulit bagi warga sipil.
Israel, dengan kontrol atas berbagai aspek kehidupan di Gaza, terus melancarkan aksi blokade sebagai bentuk tekanan politik. Aksi massa di Jalur Gaza mendukung Hamas dan menentang Israel, mencerminkan ketegangan yang masih terus bergulir.
Ketidakpastian kepemilikan Jalur Gaza menjadi sumber kekhawatiran global, dan Sekretaris Jenderal PBB menekankan perlunya solusi kemanusiaan yang memerhatikan penderitaan warga sipil. Konferensi di Paris memberikan panggung bagi pemangku kepentingan untuk menyuarakan keprihatinan dan mencari solusi yang dapat mengakhiri mimpi buruk kemanusiaan di Jalur Gaza. Update lebih lanjut mengenai perkembangan situasi ini akan terus kami sampaikan.