Kondisi Krisis di Gaza: Puluhan Ribu Warga Palestina Mengungsi Demi Keselamatan Mereka
Militer Israel memberi waktu empat jam kepada warga untuk meninggalkan Gaza di tengah eskalasi konflik
Cydem.co.id' Jakarta - Puluhan ribu warga Palestina, termasuk anak-anak, perempuan, dan orang lanjut usia, terpaksa meninggalkan rumah mereka di wilayah Gaza utara dan berjalan kaki menuju Gaza selatan sebagai upaya menghindari pertempuran sengit antara militer Israel dan kelompok Hamas. Pengungsi-pengungsi ini, dengan penuh putus asa, membawa barang bawaan yang minim dan mengibarkan bendera putih sebagai tanda damai.
Krisis ini mencapai puncaknya setelah PBB melaporkan bahwa sekitar 15 ribu warga Palestina telah meninggalkan Gaza utara sehari sebelumnya. Jumlah ini tiga kali lipat dari perkiraan yang dikeluarkan pada hari Senin. Pasukan militer Israel memberikan waktu empat jam kepada warga untuk meninggalkan wilayah Gaza, memperburuk kondisi kemanusiaan yang sudah sangat sulit di Gaza. Mayoritas warga Palestina mengungsi karena merasa tidak aman di tengah serangan pemboman Israel yang tidak henti-hentinya. Lebih dari 70 persen dari 2,3 juta penduduk Gaza telah mengungsi, mencari tempat perlindungan yang semakin sulit ditemukan.
Para warga Palestina yang mengungsi melaporkan bahwa tidak ada satu pun wilayah yang aman dari pemboman Israel. Banyak dari mereka harus melintasi pos pemeriksaan Israel untuk mencapai wilayah selatan, sementara beberapa lainnya menyaksikan penangkapan oleh pasukan Israel. "Mayoritas orang telah meninggalkan tanah mereka karena pengepungan (Israel) telah membuat kehidupan di Gaza sangat sulit. Kami tidak memiliki air bersih, listrik, dan bahkan kekurangan bahan makanan pokok," ujar Ameer Ghalban, salah seorang pengungsi sambil mendorong seorang lansia yang menggunakan kursi roda di jalan utama Gaza.
Pada pihak lain, militer Israel mengklaim bahwa 50 ribu warga Gaza telah meninggalkan wilayah Gaza utara karena mereka memahami bahwa situasi di utara menjadi semakin tidak stabil, sementara di selatan, keamanan relatif lebih terjamin. Juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, mengungkapkan, "Hari ini kita melihat bagaimana 50 ribu warga Gaza berpindah dari Gaza utara ke Gaza selatan. Mereka pergi karena mereka memahami bahwa Hamas kehilangan kendali di utara, dan di selatan mereka merasa lebih aman."
Namun, situasi krisis ini telah menelan korban yang sangat besar. Kementerian Kesehatan Palestina mencatat bahwa lebih dari 10.569 orang telah tewas dalam serangan pemboman terus-menerus oleh Israel, termasuk 4.324 anak-anak. Angka tersebut terus meningkat seiring berlanjutnya konflik ini.
Pertempuran antara Israel dan Hamas meletus pada 7 Oktober lalu ketika Hamas melancarkan serangan terhadap wilayah selatan Israel. Menurut otoritas Israel, serangan tersebut menewaskan lebih dari 1.400 orang dan memicu eskalasi konflik yang melibatkan serangan balasan intensif dari pihak militer Israel.