Israel Sepakat Gencatan Senjata Gaza 4 Hari, Tapi Agresi Tetap Lanjut
Meski berlangsung gencatan senjata, agresi Israel terhadap Palestina terus meningkat dan menimbulkan kekhawatiran global
Cydem.co.id' Jakarta - Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa Israel akan melanjutkan agresi di Jalur Gaza meski telah menyetujui gencatan senjata selama empat hari dengan kelompok Hamas. Keputusan ini diambil setelah kabinet Israel memberikan dukungan mayoritas terhadap kesepakatan pertukaran sandera dengan Hamas.
Dalam rapat kabinet yang digelar pada Selasa malam hingga Rabu dini hari, mayoritas menteri mendukung kesepakatan tersebut. Netanyahu menjelaskan bahwa meskipun ada gencatan senjata, Israel akan terus berperang sampai mencapai tujuan negaranya, yaitu menghancurkan Hamas dan membebaskan sandera serta warganya yang hilang.
"Saya ingin menegaskan, kita sedang dalam perang, dan akan terus berperang sampai kita mencapai seluruh tujuan kita, untuk menghancurkan Hamas, dan untuk membebaskan seluruh sandera dan warga kita yang hilang," kata Netanyahu. "Kami akan memastikan bahwa tidak ada lagi entitas di Gaza yang akan mengancam Israel," tambahnya.
Belum jelas detail kesepakatan antara Hamas dan Israel terkait gencatan senjata ini. Namun, gencatan senjata ini menjadi yang pertama sejak agresi Israel dimulai sebagai tanggapan terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.
Meski terjadi kesepakatan gencatan senjata, agresi Israel terhadap Palestina masih berlanjut dan semakin intensif. Pada Rabu (22/11), Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan bahwa korban tewas akibat agresi Israel telah mencapai 14.128 orang, dengan lebih dari 5.600 anak-anak dan 3.550 perempuan di antara korban tersebut.
Pemerintah Israel juga diyakinkan bahwa kesepakatan tersebut mencakup pembebasan sekitar 50 dari 200 sandera yang dipegang oleh kelompok Hamas. Selain itu, Israel setuju untuk mengembalikan tahanan Palestina yang tengah menjalani hukuman di penjara di negara tersebut.
Meskipun terdapat persetujuan gencatan senjata, situasi di Timur Tengah tetap tegang, dan perbincangan terus berlanjut. Para pemimpin dunia dan organisasi internasional diharapkan untuk terus memantau dan berupaya mengatasi krisis ini demi mencapai perdamaian yang berkelanjutan di kawasan tersebut.