Impor Beras Capai 500 Ribu Ton: Bulog Berupaya Jaga Stabilitas Pasokan Pangan di Indonesia

Alokasi impor beras sebesar 2 juta ton dengan tambahan 1,6 juta ton telah ditetapkan pemerintah Indonesia

Impor Beras Capai 500 Ribu Ton: Bulog Berupaya Jaga Stabilitas Pasokan Pangan di Indonesia
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan sebanyak 500 ribu ton beras impor sudah masuk ke Indonesia per Februari 2024. Ilustrasi.

Cydem.co.id' Jakarta - Badan Pangan Nasional (Bapanas) di bawah kepemimpinan Arief Prasetyo Adi telah mengonfirmasi bahwa impor beras ke Indonesia telah mencapai angka 500 ribu ton pada bulan Februari 2024. Jumlah ini mencakup sisa impor dari alokasi tahun sebelumnya. Hal ini terungkap dalam kunjungan Arief Prasetyo Adi ke Pasar Induk Beras Cipinang pada Rabu, 28 Februari.

Dalam konteks ini, Bulog bersama pemerintah telah mengambil langkah konkret untuk memastikan ketersediaan beras yang memadai di pasaran. Kuota impor beras tahun ini awalnya ditetapkan sebesar 2 juta ton, dengan tambahan kuota sebanyak 1,6 juta ton. Namun, fokus utama mereka bukan hanya pada kuantitas, tetapi juga pada pengaturan yang cermat dan kontrol terhadap pasokan beras.

Febby Novita, Direktur Bisnis Bulog, menjelaskan bahwa dari kuota impor 2 juta ton tahun ini, sekitar 500 ribu ton diharapkan tiba pada bulan Maret sebelum masa panen raya. Beras impor tersebut berasal dari Thailand, Vietnam, dan Pakistan. Pihaknya menegaskan bahwa impor beras tersebut akan digunakan untuk memenuhi cadangan beras pemerintah (CBP), penyaluran bantuan pangan, dan intervensi harga melalui stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP).

Namun, penting untuk dicatat bahwa impor beras tidak akan langsung memenuhi semua kebutuhan, melainkan juga akan mempertimbangkan ketersediaan beras dalam negeri. Bulog terus menjalankan perannya dalam menyerap produksi beras dalam negeri melalui dua skema, yaitu public service obligation (PSO) atau penugasan, serta skema komersial.

Dalam skema PSO, Bulog melakukan penyerapan dengan harga pembelian pemerintah (HPP) yang telah ditetapkan. Namun, jika harga pasar melebihi HPP, Bulog akan membeli beras secara komersial. Beras yang diserap melalui skema PSO digunakan untuk program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP), sementara beras komersial dikemas dengan merek-merek tertentu dan dijual di ritel modern.

Dengan demikian, pemerintah dan Bulog terus berupaya untuk menjaga ketersediaan dan stabilitas harga beras di pasaran dengan strategi impor yang terukur dan pengaturan kontrol pasokan dalam negeri. Hal ini dilakukan dalam rangka menjaga ketahanan pangan dan memastikan kecukupan pasokan beras bagi masyarakat Indonesia.