JK: Bagi Saya, Pemilu 2024 Menjadi yang Terburuk Sejak 1955
Proses pemilu dipandang terganggu oleh keberadaan minoritas yang memiliki kekayaan dan kekuasaan pemerintahan
Cydem.co.id' Jakarta - Dalam sebuah pernyataan mengejutkan, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menyatakan Pemilu 2024 sebagai yang terburuk dalam sejarah Indonesia sejak 1955. Pernyataan ini mencuat dalam pidato JK di Election Talk FISIP UI, Depok, Jawa Barat, pada Kamis (7/3).
Menurut JK, proses demokrasi dalam pemilu kali ini terkendala oleh dominasi sekelompok kecil orang yang memiliki kekayaan dan kekuasaan pemerintahan. "Pemilu yang kemudian diatur oleh minoritas, artinya orang yang mampu, orang pemerintahan, orang yang punya uang," ungkap JK.
Tak hanya itu, JK juga menyoroti adanya dugaan kecurangan, ancaman, dan besarnya pengeluaran dana bansos yang terjadi dalam proses pemilu. Hal ini, menurutnya, mengancam esensi demokrasi yang seharusnya menjadikan suara rakyat sebagai penentu.
Pemilu 2024 di Indonesia menjadi sorotan tidak hanya karena pernyataan JK, tetapi juga karena persaingan ketat antara tiga pasangan calon presiden: Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Pasangan Prabowo-Gibran tampak unggul dalam perhitungan cepat KPU dengan memperoleh 58 persen suara, disusul oleh pasangan Anies-Cak Imin di posisi kedua, dan pasangan Ganjar-Mahfud MD di posisi terbawah.
Namun, bayang-bayang kecurangan menghantui proses tersebut. Capres nomor 3, Ganjar Pranowo, bahkan mengusulkan penggunaan hak angket atau hak interpelasi di DPR untuk menyelidiki dugaan kecurangan. Dukungan juga datang dari capres nomor 1, Anies Baswedan, yang menilai dugaan kecurangan telah terjadi sebelum hari pencoblosan.
Kritik terhadap proses pemilu ini tidak hanya datang dari kalangan politisi, tetapi juga dari masyarakat yang prihatin dengan keadaan demokrasi di Indonesia. Pertanyaannya, apakah Pemilu 2024 merupakan tantangan bagi demokrasi Indonesia ataukah sebuah ancaman terhadap kualitas demokrasi yang selama ini dijunjung tinggi? Semua mata tertuju pada proses selanjutnya dan upaya memperbaiki sistem demokrasi di masa mendatang.