PSI Gagal Tembus Parlemen Pada Pemilu 2024: Quick Count dan Real Count Ungkap Realitas Pahit

Hasil quick count menunjukkan PSI hanya meraih sekitar 2,81-2,93 persen suara

PSI Gagal Tembus Parlemen Pada Pemilu 2024: Quick Count dan Real Count Ungkap Realitas Pahit
PSI diprediksi tidak lolos ke DPR RI pada Pemilu 2024 berdasarkan quick count sejumlah lembaga survei dan real count sementara KPU.

Cydem.co.id' Jakarta - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) tampaknya menghadapi kegagalan dalam upayanya meraih kursi di DPR RI pada Pemilu 2024. Hasil quick count dari berbagai lembaga survei dan real count Sirekap KPU menunjukkan bahwa PSI belum berhasil mencapai ambang batas suara parlemen sebesar 4 persen.

Dalam data terbaru, Litbang Kompas pada Senin (19/2) pukul 10.38 WIB mencatatkan PSI hanya meraih 2,81 persen suara berdasarkan total suara masuk sebesar 99,35 persen. Sementara itu, Voxpol Center Research and Consulting mencatat angka 2,93 persen dari total suara masuk sebesar 79,10 persen pada Senin (19/2) pukul 12.14 WIB.

Berdasarkan Charta Politika, PSI termasuk dalam 10 partai yang diprediksi tidak lolos parlemen, bersama dengan partai seperti Perindo, Gelora, Hanura, Partai Buruh, Partai Ummat, Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Garuda, dan PKN.

Dalam real count KPU, PSI hanya berhasil mendapat 2,52 persen atau 1.618.306 suara dari total 823.236 TPS yang ada, dengan data terakhir per 20 Februari pukul 10.00. Meskipun KPU telah melakukan penghitungan suara sejak Rabu (14/2), terdapat kejanggalan dalam Sirekap Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024, termasuk perbedaan antara jumlah total suara partai dengan akumulasi suara caleg.

Dalam menyikapi hasil ini, PSI mungkin menghadapi tantangan untuk memahami dan mengevaluasi faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab kegagalan tersebut. Hasil suara resmi yang akan ditetapkan oleh KPU nantinya akan bersumber dari penghitungan suara manual yang dilakukan secara bertingkat, mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten/kota, hingga tingkat nasional.

Jika PSI ingin tetap relevan di kancah politik, mungkin diperlukan evaluasi mendalam terhadap strategi kampanye dan komunikasi partai. Pemahaman yang lebih baik terhadap keinginan dan harapan pemilih juga menjadi kunci untuk merumuskan langkah-langkah yang lebih efektif di masa mendatang.