Maruarar Sirait Keluar dari PDIP: Memilih Ikuti Jejak Jokowi, Meninggalkan Jejak Karier Panjang di Banteng
Maruarar Sirait berharap PDIP dapat memiliki kader yang lebih baik dan berkualitas dibandingkan dirinya
Cydem.co.id' Jakarta - Politikus berpengalaman, Maruarar Sirait, yang akrab disapa Ara, mengumumkan keputusan dramatisnya untuk keluar dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Pada hari ini, Ara menyambangi kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, untuk mengumumkan keputusannya setelah puluhan tahun setia sebagai kader partai banteng tersebut.
"Saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Mega, yang telah memberi izin kepada saya untuk berbakti kepada PDIP. Setelah berdiskusi dengan keluarga terdekat, saya memutuskan untuk pamit dari PDIP hari ini," kata Ara dalam pernyataannya.
Keputusan Ara ini mengundang perhatian karena dirinya merupakan sosok yang telah lama mengabdikan diri dalam kancah politik Indonesia. Dikenal sebagai putra dari petinggi PDIP, Sabam Sirait, Ara lahir pada 23 Desember 1969, dan jejak kariernya telah membentang sejak menjadi kader PDIP sejak tahun 1999.
Sebelum terjun ke politik, Ara aktif di organisasi kemahasiswaan, khususnya Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) di Bandung, Jawa Barat. Namun, setelah bergabung dengan PDIP, langkah politiknya melesat. Ara berhasil terpilih sebagai anggota DPR RI pada periode 2004-2009, 2009-2014, dan 2014-2019, menandai kehadirannya dalam panggung politik nasional.
Puncak kariernya hampir melibatkan posisi menteri dalam kabinet Presiden Joko Widodo yang pertama. Namun, Ara kini memilih untuk melangkah keluar dari PDIP dengan alasan yang tidak dijelaskan secara rinci. Meskipun demikian, ia menegaskan niatnya untuk mengikuti jejak Presiden Jokowi.
"Saya memilih mengikuti langkah Pak Jokowi. Karena saya percaya Pak Jokowi merupakan pemimpin yang dipercaya rakyat Indonesia. Kepercayaan publiknya mencapai 75-80 persen. Beliau sudah memperjuangkan banyak hal," ujarnya.
Meskipun pamit dari PDIP, Ara tidak merinci partai mana yang akan diikutinya ke depannya. Ia berharap PDIP dapat terus menjadi partai besar dan memperjuangkan nilai Pancasila. "Izinkanlah dengan keterbatasan saya. Saya pamit. Semoga PDIP dapat memiliki kader yang lebih baik, loyal, profesional, dan lebih berkualitas dibandingkan saya. Saya mohon pamit. Merdeka," tambahnya.
Maruarar Sirait bukan hanya politikus PDIP yang berpengalaman tetapi juga putra dari Sabam Sirait, petinggi PDIP yang telah lama menjadi kader partai. Sabam Sirait meninggal dunia pada 29 September 2021, meninggalkan jejak panjang dalam sejarah partai.
Keputusan Maruarar Sirait untuk keluar dari PDIP akan menjadi sorotan utama dalam dinamika politik tanah air. Sementara itu, misteri terkait partai yang akan diikutinya ke depannya akan menjadi bahan perbincangan yang menarik. Langkah Ara ini juga memunculkan pertanyaan tentang arah politiknya yang akan datang, sejalan dengan langkah Presiden Joko Widodo atau dengan nuansa yang berbeda. Keputusan ini membuka babak baru dalam perjalanan panjangnya di ranah politik Indonesia.