Kominfo Peringatkan Penyalahgunaan Deepfake terhadap Perempuan, FBI Catat Peningkatan Kasus Sextortion

Peringatan Kominfo menunjukkan kebutuhan untuk lebih waspada terhadap ancaman teknologi deepfake terhadap privasi dan keamanan perempuan

Kominfo Peringatkan Penyalahgunaan Deepfake terhadap Perempuan, FBI Catat Peningkatan Kasus Sextortion
Ilustrasi. AI makin rawan disalahgunakan buat bikin deepfake.

Cydem.co.id' Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengeluarkan peringatan terkait peningkatan penyalahgunaan teknologi deepfake, terutama yang menargetkan perempuan dengan konten pornografi palsu.

Nezar Patria, Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika, mengungkapkan bahwa deepfake telah menjadi ancaman serius, dengan 95.820 video tersebar secara global pada tahun 2023, menunjukkan peningkatan 550 persen dibandingkan dengan tahun 2019. Dalam konteks ini, FBI juga memberikan peringatan atas peningkatan kasus sextortion yang melibatkan deepfake sebagai alat pemerasan. Kasus ini memperkuat kekhawatiran akan potensi penyalahgunaan teknologi deepfake untuk tujuan jahat, termasuk pemerasan dan penipuan.

Perkembangan ini menjadi sorotan karena deepfake menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk menciptakan konten palsu yang tampak nyata, meskipun sebenarnya tidak pernah terjadi dalam kenyataan. Hal ini mencakup situasi seperti Presiden Jokowi berbicara bahasa Mandarin dan suara artis Hollywood Scarlette Johansson yang ditiru oleh teknologi deepfake.

Nezar juga menyampaikan bahwa data dari Home Security Heroes menunjukkan peningkatan dramatis dalam penyebaran deepfake, dan ini menjadi isu serius karena dapat disalahgunakan untuk berbagai tujuan, termasuk penyebaran disinformasi. Dengan meningkatnya kekhawatiran ini, baik pemerintah Indonesia maupun lembaga penegak hukum internasional seperti FBI perlu meningkatkan upaya untuk mendeteksi dan menanggulangi ancaman deepfake.