Kereta Commuter Indonesia (KCI) Ungkap Alasan Strategis Pilih Impor KRL dari China

Keputusan memilih CRRC Cifang Qingdao didasarkan pada penawaran yang lebih baik dari produsen China

Kereta Commuter Indonesia (KCI) Ungkap Alasan Strategis Pilih Impor KRL dari China
PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) membeberkan alasan memilih impor tiga rangkaian KRL dari China ketimbang Jepang maupun Korea. Ilustrasi.

Cydem.co.id' Jakarta - PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) telah mengumumkan keputusan penting mereka dalam memilih impor tiga rangkaian Kereta Rel Listrik (KRL) dari China, melebihi tawaran dari Jepang dan Korea. Keputusan ini disampaikan melalui konferensi pers oleh Anne Purba, Sekretaris Perusahaan KCI, di Kantor Pusat KCI pada hari Rabu (6/2).

Anne Purba menjelaskan bahwa dalam prosesnya, KCI menerima beberapa proposal dari produsen KRL ternama seperti J-TREC dari Jepang, serta Wojin dan Dawonsys dari Korea Selatan, bersama dengan CRRC Cifang Qingdao dari China. Setelah melakukan evaluasi yang cermat, KCI memilih untuk bekerja sama dengan CRRC China karena mereka menawarkan kombinasi terbaik antara harga yang kompetitif dan spesifikasi teknis yang sesuai dengan kebutuhan KCI.

"Ada spesifikasi teknis yang paling mendekati memang CRRC karena dia memang produksi benar-benar sesuai dengan kebutuhan kita dan dari harga juga sangat kompetitif antara tiga negara itu," jelas Anne Purba.

Salah satu poin penting yang menjadi pertimbangan adalah penyesuaian kapasitas AC pada KRL impor China dengan kebutuhan lokal di Indonesia. Anne juga menekankan bahwa berbagai aspek lainnya, seperti luasan ruang bebas dan penggunaan prasarana, telah diasses oleh CRRC untuk memastikan kesesuaian dengan kondisi di Indonesia.

Anne menjelaskan bahwa KRL impor dari China diharapkan tiba sekitar 13,5 bulan setelah penandatanganan kontrak pada bulan Januari lalu, dengan target kedatangan awal tahun depan. Selain impor KRL, KCI juga merencanakan pembelian 16 set kereta baru dan 19 set kereta retrovit dari PT INKA (Persero), serta mempertimbangkan impor delapan KRL baru lainnya.

Dari sisi keuangan, total dana yang diperlukan untuk proyek ini diperkirakan mencapai sekitar Rp9 triliun. Sumber dana ini akan berasal dari berbagai sumber, termasuk pinjaman, pinjaman dari pemegang saham, dan PMN (penyertaan modal negara).

Keputusan KCI untuk memilih impor KRL dari China bukan hanya didasari oleh pertimbangan harga dan spesifikasi teknis, tetapi juga menjadi bagian dari strategi ekonomi yang lebih besar, dengan mengutamakan kebutuhan lokal serta memperkuat hubungan bisnis antara Indonesia dan China. Hal ini juga dapat menjadi tonggak penting dalam pengembangan infrastruktur transportasi Indonesia ke depannya.