Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan Menilai Capres Harus Berkomitmen Tertulis

Keluarga korban menekankan pentingnya agar tragedi ini tidak hanya menjadi isu kampanye belaka

Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan Menilai Capres Harus Berkomitmen Tertulis
Keluarga korban tewas Tragedi Kanjuruhan tak ingin pernyataan capres dalam debat Pilpres 2024 tak hanya jadi sekadar janji semata.

Cydem.co.id' Jakarta - Sebuah apresiasi datang dari keluarga korban Tragedi Kanjuruhan terkait pembahasan peristiwa maut tersebut dalam debat Pilpres 2024. Devi Athok Yulfitri, yang kehilangan dua anggota keluarganya dalam tragedi tersebut, menyambut positif capres yang berani membahas isu tersebut. Ia menekankan pentingnya komitmen nyata dengan menyuarakan perlunya kontrak politik yang mengikat, agar janji penanganan tragedi ini tidak hanya menjadi isu lima tahunan.

Dalam penilaiannya, Devi memaparkan bahwa apresiasi tersebut harus diiringi dengan tindakan nyata, dan bukan sekadar janji-janji kampanye. Ia menegaskan bahwa capres yang terpilih harus menandatangani perjanjian atau kontrak tertulis yang berisi komitmen untuk menuntaskan Tragedi Kanjuruhan bila terpilih sebagai pemimpin negara.

"Harus ada tandatangan hitam di atas putih. Biar enggak dijual jadi isu lima tahunan, bukan jadi janji-janji saja," ungkapnya.

Devi menyatakan keprihatinannya terhadap perlakuan serius terhadap tragedi ini dan menekankan bahwa penegakan hukum dan penuntasan Tragedi Kanjuruhan harus menjadi prioritas utama. Ia menginginkan agar penegakan hukum tidak hanya menjadi janji kampanye, tetapi juga diikat dengan kontrak politik yang dapat dipertanggungjawabkan.

Pernyataan capres nomor urut 1, Anies Baswedan, yang menyatakan niat untuk melakukan investigasi ulang Tragedi Kanjuruhan, mendapatkan apresiasi khusus dari keluarga korban. Anies juga menekankan empat langkah penanganan, termasuk pemulihan hak dan psikologis korban, serta menjamin tidak ada lagi kekerasan yang melibatkan aparat negara. Langkah-langkah ini dianggap positif oleh keluarga korban, dan Devi menyatakan sependapat dengan upaya tersebut.

Sementara itu, Devi menyampaikan keraguan terhadap komitmen capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo, karena cawapresnya, Mahfud MD, pernah menyatakan Tragedi Kanjuruhan bukanlah pelanggaran HAM berat. Ini menimbulkan kekhawatiran bahwa di dalam tim Ganjar, ada perbedaan pandangan terkait tragedi ini.

Meskipun belum menentukan dukungan kepada paslon tertentu, Devi menegaskan bahwa keluarga korban Tragedi Kanjuruhan akan menunggu dan melihat paslon mana yang berani membuat komitmen tertulis dan tanggung jawab nyata terhadap penuntasan tragedi tersebut.

Dalam perkembangan debat Pilpres 2024, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo membahas peristiwa KM 50 dan Tragedi Kanjuruhan. Anies mengusulkan empat langkah penanganan yang dianggapnya sebagai solusi komprehensif, sementara Ganjar menyoroti pentingnya membentuk kembali Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR) untuk menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM.

Dengan menguatnya perbincangan ini di tingkat nasional dan ekspektasi dari keluarga korban, Tragedi Kanjuruhan semakin menjadi isu sentral dalam Pilpres 2024, mendorong capres untuk lebih serius dan komit dalam menangani tragedi tersebut.