500 Ribu Ton Beras Impor Telah Masuk ke Indonesia

Bulog memastikan bahwa impor beras tidak akan langsung memenuhi kebutuhan, dengan mempertimbangkan pasokan dalam negeri

500 Ribu Ton Beras Impor Telah Masuk ke Indonesia
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan sebanyak 500 ribu ton beras impor sudah masuk ke Indonesia per Februari 2024. Ilustrasi.

Cydem.co.id' Jakarta - Badan Pangan Nasional (Bapanas) Indonesia mengumumkan bahwa sebanyak 500 ribu ton beras impor telah tiba di negara ini pada bulan Februari 2024. Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menjelaskan bahwa jumlah ini merupakan sisa impor dari alokasi tahun sebelumnya.

Tahun ini, pemerintah memutuskan kuota impor sebesar 2 juta ton, dengan tambahan kuota sebesar 1,6 juta ton. Arief Prasetyo Adi menekankan kesiapan Bulog (Badan Urusan Logistik) dalam menangani impor tersebut, untuk memastikan kelancaran distribusi dan menghindari kelambatan yang dapat mempengaruhi stabilitas pasokan dan harga beras di pasar.

"Dengan penambahan 1,6 juta ton itu, kita pikirkan nanti. Kita hanya memastikan bahwa teman-teman Bulog sudah siap daripada nanti belum ada kuotanya dan kemudian nanti rapat-rapat lagi kelamaan. Ini sudah disiapkan. Pak presiden dan kementerian semua maunya cepat," ujarnya di Pasar Induk Beras Cipinang.

Febby Novita, Direktur Bisnis Bulog, menambahkan detail lebih lanjut terkait penggunaan beras impor. Dari kuota impor tahun ini, sekitar 500 ribu ton ditargetkan tiba sebelum panen raya, yang diperkirakan pada bulan Maret. Beras impor ini berasal dari Thailand, Vietnam, dan Pakistan.

Beras impor akan digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk memenuhi cadangan beras pemerintah (CBP) sebanyak 1,2 juta ton, penyaluran bantuan pangan, dan intervensi harga melalui stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP). Namun, Febby menekankan bahwa tidak semua beras impor akan langsung dimasukkan ke pasaran, tetapi juga akan memperhitungkan ketersediaan beras dalam negeri.

"Beras impor tidak langsung dimasukkan semua. Kita juga tetap menyerap produksi dalam negeri," kata Febby.

Dia menjelaskan bahwa Bulog menyerap produksi dalam negeri melalui dua skema, yaitu public service obligation (PSO) atau penugasan dan skema komersial. Dalam skema PSO, Bulog melakukan penyerapan dengan harga pembelian pemerintah (HPP) yang telah ditetapkan. Namun, jika harga pasar melebihi HPP, Bulog akan membeli beras secara komersial.

"Intinya kita punya dua core bisnis, yang kalau PSO-nya enggak masuk HPP, ya komersial," ungkapnya.

Beras yang diserap melalui skema PSO digunakan untuk program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP), sementara beras komersial dikemas dengan berbagai merek dan dijual di ritel modern.

Dengan strategi ini, pemerintah dan Bulog berharap dapat menjaga ketersediaan dan stabilitas harga beras di pasaran. Impor yang terukur dan kontrol pasokan dalam negeri menjadi langkah krusial untuk menghadapi dinamika pasokan pangan dan memastikan kecukupan beras di Indonesia.