Sri Mulyani Tetap Fokus Bekerja Meski Isu Mundur dari Kabinet Jokowi Mencuat
Faisal Basri menyebutkan bahwa para menteri teknokrat merasa tidak nyaman dalam Kabinet Indonesia Maju
Averroes Gibraltar 
Cydem.co.id' Jakarta - Menteri Keuangan, Sri Mulyani, memberikan tanggapan singkat terkait isu mundur dari Kabinet Indonesia Maju di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Dalam pertemuan di Istana Negara setelah rapat dengan presiden, Sri Mulyani enggan menjelaskan secara rinci mengenai isu tersebut, menegaskan bahwa fokus utamanya saat ini adalah pekerjaan di bidang keuangan.
"Saya bekerja, saya bekerja, oke makasih," ujarnya singkat pada Jumat (19/1).
Isu mundur ini pertama kali diungkapkan oleh ekonom senior Faisal Basri, yang menyebut bahwa Sri Mulyani merupakan sosok yang paling siap untuk meninggalkan kabinet. Faisal menyoroti ketidaknyamanan menteri teknokrat di Kabinet Indonesia Maju, karena dianggap kepala negara melanggar aturan dengan menggunakan kekuasaan demi kepentingan politik.
"Saya ngobrol kan dengan petinggi-petinggi partai. Nah, muncul lah katanya yang paling siap itu Ibu Sri Mulyani, Pak Basuki juga. Dalam kaitannya dengan Gibran ini ya, karena ini sudah beyond akal sehat gitu," ungkap Faisal.
Meski begitu, Sri Mulyani tetap fokus pada tugasnya di bidang keuangan, menunjukkan tekad untuk terus berkontribusi dalam Kabinet Indonesia Maju.
Dalam konteks yang berbeda, terkait isu mundurnya Basuki, Sekjen Kementerian PUPR, Mohammad Zainal Fatah, menyatakan bahwa ia tidak memiliki informasi lebih lanjut mengenai isu tersebut. Namun, ia menduga bahwa hal tersebut merupakan bagian dari dinamika politik.
"Itu politik, tidak tahu saya. Belum tahu. Saya juga belum ketemu Pak Menteri," ujarnya di Kompleks DPR RI, Jakarta, pada Kamis (18/1).
Isu ini menjadi sorotan publik, menciptakan ketegangan politik dalam kabinet, sementara Sri Mulyani terus menunjukkan ketegasan dan dedikasinya terhadap tugasnya sebagai Menteri Keuangan. Meski kabar mundur mengemuka, kinerja dan fokusnya dalam menjalankan tanggung jawabnya tetap menjadi prioritas utama.
