Kontroversi Pernyataan Thomas Lembong: Budiman Sebut Langgar Etika Profesional dalam Pilpres 2024
Budiman menekankan pentingnya etika dalam berpolitik, terutama dalam memberikan masukan kepada presiden
Cydem.co.id' Jakarta - Wakil Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Budiman Sudjatmiko, menyoroti pernyataan kontroversial Thomas Lembong terkait isu tujuh tahun membuat contekan bagi Presiden Joko Widodo. Budiman menyatakan bahwa pernyataan tersebut dianggap melanggar etika profesional, terutama dalam konteks politik Pilpres 2024.
Dalam keterangan tertulisnya, Budiman menegaskan bahwa menyebut kata ayah Gibran oleh Lembong dianggap tidak pantas dan melanggar norma etika profesional. Ia menyoroti ironi bahwa pasangan calon yang diusungnya sering menekankan pentingnya etika, namun pernyataan Lembong dinilai tidak sesuai dengan nilai-nilai tersebut.
Sebagai mantan Menteri Perdagangan dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) di era Jokowi, Lembong diharapkan untuk menjaga etika dan tidak mengumumkan isu kontroversial secara terbuka. Budiman mengingatkan bahwa tugas seorang menteri adalah memberikan masukan kepada presiden, yang membutuhkan bantuan para menteri untuk menguasai berbagai hal secara rinci.
Budiman juga menyoroti dampak dari ketidaketisan profesional dalam konteks politik, mengklaim bahwa hal tersebut dapat menciptakan ketidaknyamanan antara atasan lama dan baru Lembong. Poin ini dipertegas dengan menekankan pentingnya etika yang sering ditekankan oleh tokoh-tokoh seperti Pak Anies dan Cak Imin.
Selain itu, Budiman membela Cak Imin terkait isu 'contekan' yang diangkat oleh Lembong. Ia menyatakan bahwa konteksnya berbeda dengan apa yang dilakukan Cak Imin dalam debat sebelumnya. Budiman mengecam pernyataan Lembong yang meragukan pemahaman Cak Imin terhadap isu Lithium Ferro Phosphate (LFP), sambil menegaskan bahwa masukan Lembong seharusnya sudah membuat Cak Imin memahami isu tersebut.
Debat keempat Pilpres 2024 menjadi sorotan utama karena seringnya Gibran menyebut nama Lembong, terutama saat "menghajar" Cak Imin. Lembong sendiri merespons dengan mengatakan bahwa penyebutan nama tersebut mungkin terjadi karena rindu dan keinginan Gibran untuk mendapatkan masukan berkualitas darinya.
Sebelumnya, Lembong juga mengklaim telah memberikan masukan berkualitas kepada Jokowi selama tujuh tahun sebagai tangan kanan presiden. Meskipun demikian, Budiman dan pihak lainnya menganggap bahwa pernyataan tersebut menciptakan kontroversi dan menunjukkan kurangnya etika profesional.